CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Kamis, 08 Mei 2008

Menulis Efektif dan benar di Surat kabar

Dalam menulis berita, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal, atau barang, harus diperhatikan
I. Tata Kata

A. Pilihan Kata (Diksi)

Dalam menulis berita, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal, atau barang, harus diperhatikan. Kata yang tidak tepat dalam konteks kalimat tertentu akan mempunyai makna yang berbeda, yang tidak sesuai dengan maksud penulisnya. Hal ini juga akan menimbulkan salah penafsiran. Perhatikan contoh kalimat berikut.
Kita tahu bahwa mereka yang bekerja di luar negeri itu rentan terhadap perlindungan hukumnya.
Kata rentan memiliki makna mudah terkena penyakit, peka (mudah merasa). Kata tersebut memiliki sifat negatif, misalnya rentan terhadap bahaya kebakaran, rentan terhadap penyakit. Adapun pada kalimat tersebut kata rentan dipasangkan dengan kata perlindungan hukum yang bermakna positif. Dengan demikian, penggunaan kata rentan dalam kalimat tersebut tidak tepat. Perbaikan atas kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
Kita tahu bahwa perlindungan hukum bagi mereka yang bekerja di luar negeri itu minim.
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis. Untuk mencapai ketepatan pilihan kata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Kata denotatif dan konotatif dibedakan berdasarkan maknanya. Kata konotatif memiliki makna tambahan atau nilai rasa. Jika kita dihadapkan pada dua kata yang mempunyai makna mirip, kita harus menetapkan salah satu yang paling tepat untuk mencapai suatu maksud. Kalau hanya pengertian dasar yang diinginkan, kita harus memilih kata denotatif; kalau kita menghendaki reaksi emosional tertentu, kita mempergunakan kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Penulis harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya sehingga tidak timbul salah interpretasi.
3. Bedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
4. Gunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.
5. Perhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
B. Hindari Pola Sirkumlokusi
Yang dimaksud dengan pola sirkumlokusi adalah definisi yang mengulang kata yang dibatasi atau mengulang gagasan yang sama, yaitu sinonimnya, dalam definiensnya. Contoh: Sebab-sebab peperangan adalah faktor-faktor yang menyebabkan konflik bersenjata. Kata sebab sama maknanya dengan faktor. Dengan demikian, kita tidak keluar dari persoalan yang seharusnya dijelaskan atau dibatasi pengertiannya. Contoh lain: Psikolog adalah seorang yang memiliki profesi dalam bidang psikologi. Dengan batasan itu kita sebenarnya sama sekali tidak memberikan jawaban.
C. Hindari Repetisi yang Tidak Perlu
Perhatikan kalimat berikut.
1. Entah, akankah Masitoh akan kembali sehat dan ceria, seperti dulu.
Ada dua kata akan dalam kalimat tersebut yang sifatnya pengulangan yang tidak perlu. Bila salah satu dihapus, kalimat tersebut tidak akan berubah makna.
Jadi, perbaikan kalimat (1) adalah sebagai berikut.
1a. Entah, akankah Masitoh kembali sehat dan ceria, seperti dulu.
1b. Entah, apakah Masitoh akan kembali sehat dan ceria, seperti dulu.
2. Kerusuhan Mei hanya sebagai titik picu dari kejadian-kejadian yang terjadi di Indonesia.
Perbaikan kalimat (2) adalah sebagai berikut.
2a. Kerusuhan Mei hanya sebagai titik picu dari rentetan kejadian di Indonesia.
2b. Kerusuhan Mei hanya sebagai titik picu dari kejadian-kejadian di Indonesia.
D. Tidak Menggunakan Bahasa Artifisial
Bahasa jurnalistik bukanlah bahasa sastra; bukan bahasa puisi. Dalam jurnalistik yang lebih ditekankan adalah apa yang ditulis, bukan bagaimana seseorang menuliskan sesuatu. Karena itu kita sebaiknya menghindari penggunaan bahasa artifisial. Yang dimaksud bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan sesuatu maksud. Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung, tak perlu disembunyikan.
Contoh bahasa artifisial:
Saat itu, malam bergerak menuju pagi. Langit baru saja berhenti melepaskan hujannya.
Kalimat tersebut bisa diubah seperti berikut.
Saat itu menjelang pagi, hujan baru saja reda.
Contoh lain:
Ia mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin pada kemuning. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh.
Contoh kalimat di atas bisa diubah sebagai berikut.
Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun. Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
E. Hindari Ungkapan Usang
Tidak menggunakan ungkapan yang sudah usang, terutama dalam mengungkapkan hal-hal kontemporer.
F. Hindari Bentuk Mubazir
Bentuk yang mubazir atau disebut juga pleonasme, yakni penggunaan kata-kata yang lebih dari yang diperlukan. Bentuk yang mubazir itu, bila dihilangkan salah satu unsurnya, maknanya tetap utuh. Berikut sejumlah contoh pleonasme.
1. Lembaga ini didirikan hanya untuk mengantisipasi kerusuhan Mei saja.
Perbaikan:
1a. Lembaga ini didirikan hanya untuk mengantisipasi kerusuhan Mei.
1b. Lembaga ini didirikan untuk mengantisipasi kerusuhan Mei saja?

2. Banyak orang-orang menunggu bus di tepi jalan.
Perbaikan:
2a. Banyak orang menunggu bus di tepi jalan.
2b. Orang-orang menunggu bus di tepi jalan.

3. Gadis itu sangat cantik sekali.
Perbaikan:
3a. Gadis itu sangat cantik.
3b. Gadis itu cantik sekali.
4. Para hadirin dipersilakan masuk.
Perbaikan:
4a. Hadirin dipersilakan masuk.

5. Pabrik-pabrik yang besar-besar telah dibangun di negara itu.
Perbaikan:
5a. Pabrik yang besar-besar telah dibangun di negara itu.
6. Sejumlah guru-guru dari Cirebon berunjuk rasa di DPR.
Perbaikan:
6a. Sejumlah guru dari Cirebon berunjuk rasa di DPR.

7. Masalah-masalah yang pelik-pelik sudah dibicarakan oleh peserta kongres.
Perbaikan:
7a. Masalah yang pelik-pelik sudah dibicarakan oleh peserta kongres.

8. Tentara dan gerilyawan saling tembak-menembak di tepi hutan.
Perbaikan:
8a. Tentara dan gerilyawan saling menembak di tepi hutan.
8b. Tentara dan gerilyawan tembak-menembak di tepi hutan.
9. Bahasa adalah merupakan sarana komunikasi yang sangat penting.
Perbaikan:
9a. Bahasa adalah sarana komunikasi yang sangat penting.
9b. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting.

10. Kita harus menjaga kebersihan agar supaya terhindar dari penyakit.
Perbaikan:
10a. Kita harus menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit.
10b. Kita harus menjaga kebersihan supaya terhindar dari penyakit.

11. Semua itu dilakukan demi untuk masa depannya.
Perbaikan:
11a. Semua itu dilakukan demi masa depannya.
11b. Semua itu dilakukan untuk masa depannya.

12. Tarian yang dipentaskan itu adalah tari oleg, yang mengisahkan pertemuan sepasang kumbang di sebuah taman lalu kemudian saling bersukaan.
Perbaikan:
12a. Tarian yang dipentaskan itu adalah tari oleg, yang mengisahkan pertemuan sepasang kumbang di sebuah taman kemudian saling bersukaan.
12b. Tarian yang dipentaskan itu adalah tari oleg, yang mengisahkan pertemuan sepasang kumbang di sebuah taman lalu saling bersukaan.
13. Ini, mungkin, disebabkan karena ia juga sangat menyukai buku karya Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja.
Perbaikan:
13a. Ini, mungkin, karena ia juga sangat menyukai buku karya Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja.
G. Perhatikan Kata Baku dan Tidak Baku
Berikut beberapa contoh kata tidak baku yang sering kita temui di media massa.

II. Tata Kalimat

A. Hindari Kesalahan Kalimat "Subyek Berkata Depan"

Perhatikan kalimat di bawah ini.
Meski demikian, anehnya, di kalangan masyarakat secara tidak sadar mengidolakan militer dengan mengenakan atributnya.
Kesalahan pada kalimat di atas berkaitan dengan pengisi fungsi subyek. Subyek yang dimaksud oleh penulis dalam kalimat tersebut adalah frasa di kalangan masyarakat secara tidak sadar. Frasa tersebut tersebut bukan frasa benda, tapi frasa berkata depan yang tidak bisa mengisi fungsi subyek. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

Meski demikian, anehnya, masyarakat secara tidak sadar mengidolakan militer dengan mengenakan atributnya.
B. Hindari Kalimat yang Rancu
Perhatikan kalimat berikut.

Meskipun presiden punya agenda besar soal demiliterisasi politik dan penegakan hak asasi tetapi itu tidak dengan mudah menuntaskan persoalan kekerasan atau militerisme di Indonesia.
Penggunaan pasangan meskipun...tetapi pada kalimat tersebut akan menimbulkan kerancuan pikiran. Kata meskipun menyatakan ‘alahan’, sedangkan kata tetapi menyatakan ‘perlawanan’. Penggabungan kedua kata penghubung itu dalam satu kalimat tentulah menimbulkan hubungan pikiran yang tidak logis. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
Presiden punya agenda besar soal demiliterisasi politik dan penegakan hak asasi tetapi itu tidak dengan mudah menuntaskan persoalan kekerasan atau militerisme di Indonesia.

Meskipun presiden punya agenda besar soal demiliterisasi politik dan penegakan hak asasi, itu tidak dengan mudah menuntaskan persoalan kekerasan atau militerisme di Indonesia.
Contoh lain kalimat yang tidak nalar:
1. Iring-iringan jenazah itu berjalan menuju tempat pemakaman.
1. Minuman ini bisa menghilangkan sariawan, panas dalam, hidung tersumbat dan bibir pecah-pecah.
2. Dokter berusaha keras menyembuhkan penyakit pasiennya walaupun tampaknya usaha itu akan sia-sia.
3. Massa melempari batu rumah itu.
4. Yang sudah selesai mengerjakan soal harap dikumpulkan.
5. Persoalan itu ingin saya selesaikan sekarang juga.
6. Karena sering tidak masuk sekolah, kepala SMA itu terpaksa mengeluarkan siswa tersebut dari sekolahnya.
7. Penyerang andalan Persib Bandung, Sutiono, mengecoh gawang Persebaya yang dijaga M. Afif dan menciptakan gol tunggal untuk timnya.
8. Enam remaja tanggung yang menjadi provokator penyerangan berhasil ditangkap penduduk.
9. Ia juga memastikan, polisi telah menangkap orang yang salah.

Perbaikan:
Ketidaknalaran pada kalimat (1) terletak pada frasa iring-iringan jenazah. Jenazah tidak bisa berjalan beriring-iringan. Tentu yang dimaksud adalah pengantar jenazah atau pelayat. Perbaikannya adalah sebagai berikut.
1a. Iring-iringan pengantar jenazah itu berjalan menuju tempat pemakaman.

Pada kalimat (2) yang dihilangkan ialah sariawan dan panas dalam. Adapun hidung tersumbat dan bibir pecah-pecah bukan untuk dihilangkan, melainkan disembuhkan. Perbaikan kalimat (2) adalah sebagai berikut.
2a. Minuman ini bisa menghilangkan sariawan, panas dalam, dan mengobati hidung tersumbat dan bibir pecah-pecah.
Pada kalimat (3) tentu yang dimaksud oleh penulisnya adalah menyembuhkan pasien, bukan menyembuhkan penyakit, sehingga kalimat tersebut menjadi:
3a. Dokter berusaha keras menyembuhkan pasiennya walaupun tampaknya usaha itu akan sia-sia.
(3b) Dokter berusaha keras membasmi penyakit pasiennya walaupun tampaknya usaha itu akan sia-sia.
Pada kalimat (4) perhatikan frasa melempari batu rumah. Kalau dikatakan melempari batu, yang menjadi obyek kerja melempar itu ialah batu; padahal, bukan itu yang dimaksud. Tentu, yang dimaksud penulis kalimat tersebut adalah rumah yang dilempari batu. Dengan demikian, kalimat tersebut bisa diperbaiki sebagai berikut.
(4a) Massa melempari rumah itu dengan batu.
Kalimat (5) tidak logis dilihat dari pertalian antara makna dan fungsi kelompok kata yang sudah selesai mengerjakan soal sebagai subyek dengan kelompok kata harap dikumpulkan. Sesuai dengan fungsi dan bentuk kalimat yang dilekatinya, yaitu kalimat pasif, maka subyek tersebut adalah subyek penderita atau subyek yang menjadi sasaran perbuatan yang dinyatakan dalam predikatnya. Berdasarkan itu pula, maka yang sudah selesai mengerjakan soal lah yang dikumpulkan. Padahal, yang dimaksudkan adalah pekerjaannyalah yang dikumpulkan. Dengan demikian, maka bentuk kalimat logisnya adalah:
(5a) Yang sudah selesai mengerjakan soal harap mengumpulkan hasil pekerjaannya.
(5b) Pekerjaan yang sudah selesai harap dikumpulkan.
Ketidaklogisan kalimat (6) terletak pada pertalian antara makna dan fungsi kata persoalan itu dan ingin saya selesaikan. Siapakah yang mempunyai keinginan untuk selesai? Persoalan atau saya? Dilihat dari makna leksikalnya, maka saya lah yang mempunyai keinginan, bukan persoalan. Karena itulah, kalimat (6) seharusnya berbunyi:
(6a) Saya ingin menyelesaikan persoalan itu sekarang juga.
(6b) Persoalan itu akan saya selesaikan sekarang juga.
Subyek anak kalimat pada kalimat (7) tidak ada, sementara subyek induk kalimatnya adalah kepala SMA. Jadi, yang sering tidak masuk sekolah dalam kalimat itu adalah kepala SMA. Menurut kaidah bahasa Indonesia, jika dalam anak kalimat tidak terdapat subyek, subyeknya sama dengan subyek induk kalimat. Perbaikan kalimat (7) adalah sebagai berikut.
(7a) Karena sering tidak masuk sekolah, siswa tersebut terpaksa dikeluarkan dari sekolahnya oleh kepala SMA tersebut.
Pada kalimat (8) terdapat kata mengecoh yang artinya ‘menipu’ atau ‘memperdayakan’. Gawang adalah benda mati yang tidak dapat dikecoh. Yang dikecoh oleh Sutiono, penyerang andalan Persib Bandung itu, bukan gawang melainkan penjaga gawangnya, M. Afif. Jadi, kalimat di atas itu harus diubah susunan katanya menjadi:
(8a) Penyerang andalan Persib Bandung, Sutiono, mengecoh penjaga gawang Persebaya, M. Afif, dan menciptakan gol tunggal untuk timnya.
Ketidaklogisan yang terdapat pada kalimat (9) terletak pada pertalian makna enam remaja tanggung yang menjadi provokator penyerangan dengan makna berhasil ditangkap penduduk. Betulkah enam remaja tanggung yang menjadi provokator penyerangan merasa berhasil ditangkap penduduk? Tentu tidak. Tertangkapnya enam remaja tanggung yang menjadi provokator penyerangan tersebut bukanlah suatu keberhasilan bagi enam remaja tanggung, melainkan suatu keberhasilan bagi penduduk yang memang berusaha menangkapnya. Sehubungan dengan itu, maka bentuk kalimat logisnya adalah:
(9a) Penduduk berhasil menangkap enam remaja tanggung yang menjadi provokator penyerangan.
(9b) Enam remaja tanggung yang menjadi provokator penyerangan bisa ditangkap penduduk.
(9c) Enam remaja tanggung yang menjadi provokator penyerangan telah ditangkap penduduk.
Pada kalimat (10), terdapat keterangan orang yang salah yang bisa menimbulkan salah penafsiran. Kalimat tersebut bisa bermakna polisi menangkap orang yang berbuat salah, atau polisi melakukan kesalahan dalam menangkap orang. Jika yang dimaksud adalah polisi yang melakukan kesalahan, kalimat (10) diperbaiki sebagai berikut.
(10a) Ia juga memastikan, polisi telah salah menangkap orang.
(10b) Ia juga memastikan, polisi salah tangkap.
Sumber : Majala Semanggi

0 komentar: